Pages

Tampilkan postingan dengan label Astronomi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Astronomi. Tampilkan semua postingan

4 Sep 2012

10 Misteri Terbesar Luar Angkasa

10. Antimateri


Seperti sisi jahat Superman, Bizzaro, partikel (materi normal) juga mempunyai versi yang berlawanan dengan dirinya sendiri yang disebut antimateri. Sebagai contoh, sebuah elektron memiliki muatan negatif, namun antimaterinya positron memiliki muatan positif. Materi dan antimateri akan saling membinasakan ketika mereka bertabrakan dan massa mereka akan dikonversi ke dalam energi melalui persamaan Einstein E=mc2. Beberapa desain pesawat luar angkasa menggabungkan mesin antimateri.

9. Radiasi Kosmik Latarbelakang


Radiasi ini disebut juga Cosmic Microwave Background (CMB) yang merupakan sisa radiasi yang terjadi saat Big Bang melahirkan alam semesta. Pertama kali dideteksi pada dekade 1960 sebagai noise radio yang nampak tersebar di seluruh penjuru alam semesta. CBM dianggap sebagai bukti terpenting dari kebenaran teori Big Bang. Pengukuran yang akurat oleh proyek WMAP menunjukkan bahwa temperatur CMB adalah -455 derajat Fahrenheit (-270 Celsius).

8.Ekstrasolar Planet (Exoplanet)


Hingga awal 1990an, kita hanya mengenal planet di tatasurya kita sendiri. Namun, saat ini astronom telah mengidentifikasi lebih dari 200 ekstrasolar planet yang berada di luar tata surya kita. Pencarian bumi kedua tampaknya belum berhasil hingga kini. Para astronom umumnya percaya bahwa dibutuhkan teknologi yang lebih baik untuk menemukan beberapa dunia seperti di bumi.

7. Neutrino


Neutrino merupakan partikel elementer yang tak bermassa dan tak bermuatan yang dapat menembus permukaan logam. Beberapa neutrino sedang menembus tubuhmu saat membaca tulisan ini. Partikel “phantom” ini diproduksi di dalam inti bintang dan ledakan supernova. Detektor diletakkan di bawah permukaan bumi, di bawah permukaan laut, atau ke dalam bongkahan besar es sebagai bagian dari IceCube, sebuah proyek khusus untuk mendeteksi keberadaan neutrino.

6. Mini Black Hole


Jika teori gravitasi “braneworld” yang baru dan radikal terbukti benar, maka ribuan mini black holes tersebar di tata surya kita, masing-masing berukuran sebesar inti atomik. Tidak seperti black hole pada umumnya, mini black hole ini merupakan sisa peninggalan Big Bang dan mempengaruhi ruang dan waktu dengan cara yang berbeda.

5. Energi Vakum


Fisika Kuantum menjelaskan kepada kita bahwa kebalikan dari penampakan, ruang kosong adalah gelembung buatan dari partikel subatomik “virtual” yang secara konstan diciptakan dan dihancurkan. Partikel-partikel yang menempati tiap sentimeter kubik ruang angkasa dengan energi tertentu, berdasarkan teori relativitas umum, memproduksi gaya antigravitasi yang membuat ruang angkasa semakin mengembang. Sampai sekarang tidak ada yang benar-benar tahu penyebab ekspansi alam semesta.

4. Gelombang Gravitasi (Gravity Waves)


Gelombang gravitasi merupakan distorsi struktur ruang-waktu yang diprediksi oleh teori relativitas umum Albert Einstein. Gelombangnya menjalar dalam kecepatan cahaya, tetapi cukup lemah sehingga para ilmuwan berharap dapat mendeteksinya hanya melalui kejadian kosmik kolosal, seperti bersatunya dua black hole seperti pada gambar di atas. LIGO dan LISA merupakan dua detektor yang didesain untuk mengamati gelombang yang sukar dipahami ini.

3. Materi Gelap (Dark Matter)


Para ilmuwan berpendapat bahwa materi gelap (dark matter) merupakan penyusun terbesar alam semesta, namun tidak dapat dilihat dan dideteksi secara langsung oleh teknologi saat ini. Kandidatnya bervariasi mulai dari neotrino berat hingga invisible black hole. Jika dark matter benar-benar ada, kita masih harus membutuhkan pengetahuan yang lebih baik tentang gravitasi untuk menjelaskan fenomena ini.

2. Quasar


Quasar tampak berkilau di tepian alam semesta yang dapat kita lihat. Benda ini melepaskan energi yang setara dengan energi ratusan galaksi yang digabungkan. Bisa jadi quasar merupakan black hole yang sangat besar sekali di dalam jantung galaksi jauh. Gambar ini adalah quasar 3C 273, yang dipotret pada 1979.

1.Tabrakan Antar Galaksi


Ternyata galaksi pun dapat saling “memakan” satu sama lain. Yang lebih mengejutkan adalah galaksi Andromeda sedang bergerak mendekati galaksi Bima Sakti kita. Gambar di atas merupakan simulasi tabrakan Andromeda dan galaksi kita , yang akan terjadi dalam waktu sekitar 3 milyar tahun.

21 Okt 2008

Misteri Hilangnya Cincin Planet Saturnus

Para astronom amatir di seluruh dunia saat ini memperhatikan perubahan yang sama pada Saturnus: Cincin Saturnus yang lebar menipis menjadi garis tipis. Efrain Morales Rivera mengirimkan gambar berikut yang diambil dari halaman belakang rumahnya di Aguadilla, Puerto Rico.

“Cincin-cincin Saturnus telah menipis sekali dalam setahun ini”, katanya. Daerah Cassini atau Cassini Division (suatu daerah gelap dalam cincin Saturnus yang dinamakan Cassini) mulai sulit diamati. Fenomena yang sama terjadi empat ratus tahun lalu dan sempat memusingkan Galileo, sebagai orang pertama yang pada tahun 1610 menemukan cincin-cincin Saturnus melalui teropong primitifnya. Dia sangat tercengang ketika mendapati cincin-cincin tersebut menyempit sedikit setahun berikutnya.

Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Sekarang, kejadian yang sama adalah: kita mengalami suatu “pelintasan bidang cincin” (ring plane crossing). Ketika sedang dalam perjalanannya mengelilingi Matahari, Saturnus membelokkan cincinnya menjadi sejajar dengan garis pandang dari Bumi (edge-on) setiap 14-15 tahun sekali. Karena cincinnya yang sangat tipis, mereka bisa tidak teramati jika dilihat melalui teleskop kecil.

Dalam bulan-bulan berikut ini, cincin Saturnus akan menjadi semakin tipis sampai akhirnya mereka “hilang” pada 4 September 2009 nanti. Ketika hal ini terjadi pada 1612, Galileo mengabaikan studinya akan planet. Padahal, kita ketahui kemudian, saat-saat “pelintasan bidang cincin” seperti ini merupakan waktu yang baik untuk menemukan satelit-satelit dan cincin luar Saturnus yang baru. Selain itu, saat demikian juga merupakan waktu yang baik untuk melihat kutub utara Saturnus yang biru. Pada tahun 2005, wahana antariksa Cassini terbang di atas belahan utara Planet Saturnus dan menemukan bahwa langit di sana sebiru langit Bumi sendiri. Selama bertahun-tahun, hanya Cassini yang bisa menikmati pemandangan ini, karena dari Bumi, bagian atas Saturnus yang biru tertutupi oleh cincin-cincin Saturnus.

Galileo sendiri tidak pernah memahami sifat dasar alamiah dari cincin-cincin Saturnus. Dia tidak mengetahui bahwa mereka sebenarnya merupakan kumpulan satelit-satelit kecil yang mengorbit dalam bidang orbit piringan, berukuran dari debu hingga sebesar bulan kita (Kemungkinan cincin-cincin ini merupakan debris atau puing-puing dari satelit yang hancur, tetapi para ilmuwan sendiri masih belum yakin benar akan hal ini). Melalui teleskop abad 17-nya, cincin tersebut lebih menyerupai telinga atau semacam cuping planet.

Meskipun demikian, intuisinya mengarahkan Galileo untuk membuat prediksi yang tepat, bahwa cincin-cincin yang hilang ini akan kembali. Dan dia benar. Cincin Saturnus kembali tampak, dan para ilmuwan menyimpulkan penelitiannya. Pada tahun 1659, secara tepat Christiaan Huygens menjelaskan peristiwa menghilangnya cincin yang periodik selama terjadinya “pelintasan bidang cincin” atau “ring plane crossing” ini. Pada tahun 1660, Jean Chapelain mengatakan bahwa cincin Saturnus bukan merupakan benda padat, tetapi terbuat dari partikel-partikel kecil yang sangat banyak dan masing-masing mengorbit Saturnus secara independen. Selama dua ratus tahun, usulannya sempat tidak diterima secara luas, sebelum ternyata terbukti benar.
NASA
Cincin-cincin Saturnus sangat lebar tetapi juga sangat tipis. Para astronom menggunakan Teleskop Hubble untuk menangkap citra Saturnus dengan posisi cincin datarnya ini (edge-on) pada tahun 1995. Obyek terang seperti bintang pada bidang cincin yang terlihat pada gambar merupakan satelit-satelit es. Kredit Gambar : NASA

Tidak perlu bersedih hati dengan “musibah hilangnya” cincin Saturnus ini. Saturnus masih merupakan obyek yang indah untuk dilihat melalui teleskop yang kecil sekalipun. Malah, minggu ini sebenarnya merupakan minggu yang baik untuk mengamati Saturnus. Pada Selasa, 18 Maret dan Rabu, 19 Maret, Bulan yang hampir purnama dan Saturnus akan berada satu garis pada bagian yang sama di langit senja. Hal ini membuat Saturnus menjadi mudah dicari, tidak seperti biasanya. Setelah Matahari terbenam, lihatlah daerah sdi ekeliling Bulan, dan voila! Saturnus terlihat seperti “bintang emas” terang di dekat Bulan. Jika Anda melewati momen 18-19 Maret ini, coba lihat kembali 14-15 April. Bulan dan Saturnus akan berada berdekatan dan cincin Saturnus bahkan menjadi lebih sempit. minggu yang baik untuk mengamati Saturnus. Pada Selasa, 18 Maret dan Rabu, 19 Maret, Bulan yang hampir purnama dan Saturnus akan berada satu garis pada bagian yang sama di langit senja. Hal ini membuat Saturnus menjadi mudah dicari, tidak seperti biasanya. Setelah Matahari terbenam, lihatlah daerah sdi ekeliling Bulan, dan voila! Saturnus terlihat seperti “bintang emas” terang di dekat Bulan. Jika Anda melewati momen 18-19 Maret ini, coba lihat kembali 14-15 April. Bulan dan Saturnus akan berada berdekatan dan cincin Saturnus bahkan menjadi lebih sempit.

8 Okt 2008

Nikmati Tamasya ke Luar Angkasa dengan Naik Lift



LONDON - Tamasya ke luar angkasa naik lift, mungkin terdengar seperti khayalan yang sulit dijangkau akal sehat. Sekalipun terjadi itupun hanya terdapat dalam novel fiksi seperti karya Arthur C Clarke, The Fountain of Paradise atau The Web Between The Worlds karya Charles Sheffields.

Namun, mimpi tersebut sepertinya akan menjadi kenyataan seiring kemajuan teknologi yang begitu pesat di masa mendatang.

Seperti dikutip CNN, seluruh ahli luar angkasa dunia sedang berencana mewujudkan konsep yang dinamakan 'Space Elevator'. Pengembangan konsep lift luar angkasa itu akan dibicarakan pada pertemuan ilmuwan seluruh dunia dalam pertemuan yang digagas Japan Space Elevator Association di Jepang, November mendatang. Pertemuan itu dijadwalkan membahas pengembangan desain lift dengan ratusan hingga ribuan lantai.

Rancangan 'space elevator' menggunakan ribuan kilometer kabel untuk menggapai jarak antara bumi ke luar angkasa. Alat tersebut nantinya, akan menggunakan pendekatan berbagai disiplin ilmu, terutama ilmu fisika. Teori-teori fisika akan menentukan kecepatan lift dan posisi lift di orbit stasiun bumi.

Para ilmuwan berharap, lift tersebut mampu membawa manusia atau benda keluar angkasa. Teknologi yang ada sekarang kebanyakan menggunakan tenaga nuklir untuk keperluan pesawat luar angkasa, dengan adanya 'space elevator' maka penggunaan tenaga nuklir dapat dikurangi.

Juru bicara Japan Space Elevator Association, Akira Tsuchida mengatakan, organisasinya telah bekerjasama dengan Spaceward Foundation dan organisasi luar angkasa Eropa yang berbasis di Luxembourg untuk mengembangkan desain lift.

"Saat ini kami sedang membuat nano-karbon kabel yang memiliki kekuatan 180 kali lebih dari kabel yang terbuat dari kawat, kami berharap kabel tersebut dapat terwujud pada tahun 2020 atau 2030," ujar Tsuchida. Selain itu, Tsuchida mengatakan, lift tersebut akan ditempatkan di uji coba di beberapa tempat seperti, laut cina selatan, dan kepulauan Galapagos di kawasan samudera pasifik.

Namun, Tsuchida mengatakan masih banyak kendala untuk mewujudkan terobosan baru teknologi tersebut dan diperlukan kerjasama seluruh masyarakat dunia.